ARTI DAN MAKNA GAMBAR TATO SUKU DAYAK KALIMANTAN
3/28/2015
Tato kini ini sudah menjadi seni tersendiri bagi para peminat dan penggemar dari seni gambar pada tubuh manusia baik pria maupun wanita, dalam hal ini tak membahas antara pro dan kotra dari seni tato tersebut.
Tato memang sudah menjadi trend tersendiri baik didalam negeri maupun luar negeri, yang menjadikannya sebagai simbol kebebasan memodif diri dan tubuh dengan gambar atau pola-pola yang tergambar dengan indah, tetapi di negari kita Indonesia tato sudah dikenal sejak dahulu kala.
Indonesia dengan keanekaragaman suku dan budayanya salah satunya adalah suku dayak dari kalimantan, bagi suku dayak gambar tato memiliki arti dan filosofi tersendiri, hal itu erat kaitannya dengan pengalaman-pengalaman yang mereka gambarkan sebagai bentuk pengingat baik pengalaman pribadi maupun pengalaman spiritual mereka.
Maka tak perlu terkejut jika disaat masuk ke dalam perkampungan masyarakat Dayak dan kemudian berjumpa dengan orang-orang tua baik pria maupun wanita yang dihiasi dengan berbagai macam tato indah di beberapa bagian tubuhnya.
Tato ditubuh pria suku Dayak adalah sebagai simbol dari segala hal. tanda inisiasi, simbol kekuatan magis, serta berhubungan dengan religi, dan untuk pengobatan, kenangan perjalanan atau catatan kehidupan.
Tetapi arti yang paling esensial dari gambar tato tersebut bagi suku dayak kalimantan adalah bukti kelaki-lakian yang tahan akan penderitaan.
Dalam hal motif, tato tradisional suku dayak kalimantan penuh dengan simbol serta filosofi. Mitologi Dayak dalam sketsa menampilkan sosok-sosok mahluk hidup dalam bentuk abstraki.
Penempatan suatu motif di suatu bagian tubuh, juga memiliki makna tersendiri. Bagi orang Dayak, tato lebih dari sekadar gaya hidup.
Tato di tubuh bisa menjelaskan beberapa hal: bagian dari tradisi religi, status sosial, penghargaan terhadap kemampuan, ahli pengobatan, atau menandakan seseorang sering mengembara.
Tato Dayak Kalimantan dahulu kala dibuat dengan memanfaatkan sumber daya sekitar. Jelaga dari lampu pelita atau arang periuk serta kuali, dipergunakan sebagai pewarnanya.
Bahan bahan tersebut kemudian dikumpulkan serta dicampurkan dengan gula kemudian diaduk sampai sedemikian rupa.
Dengan menggunakan duri dari pohon jeruk yang ukurannya cukup panjang dan tingkat ketajamannya memadai, dipergunakan sebagai alat untuk merajah. Duri tersebut bisa digunakan langsung atau dijepitkan ke setangkai kayu untuk pegangan sehingga menyerupai palu dalam penggunaanya.
Dengan cara Duri pohon jeruk itu dicelupkan pada “tinta” berbahan jelaga dan gula, oleh pentato kemudian dengan menusukkan duri ke kulit sesuai motif yang diinginkan. Bahkan jika motifnya terlalu rumit, proses perajahan bisa memakan waktu seharian.
Bekas tusukan duri jeruk tersebut bisa berakibat pada pembengkakan dan mengeluarkan darah lebih parahnya bisa menyebabkan demam 1 sampai 2 hari.
Seiring perkembangan jaman, pembuatan tato tradisional sudah menggunakan jarum. Bahan yang semula jelaga juga mulai berubah seiring tersedianya berbagai alternatif tinta sebagai bahan warna tato, yang terdiri atas dua bentuk: batu arang dan cair.
Jika berupa batu arang, sebelum dipergunakan harus terlebih dahulu digosok kemudian dicampur air.
Gambar tato tradisional hanya memiliki satu warna, yakni hitam kebiru-biruan dengan wujud yang khas buatan tangan. Sedangkan tato zaman modern sudah jauh lebih rapi dan warna-warni berkat peralatan mesin dan tintanya.
Sementara itu gambar tato bagi sebagian orang yang memiliki kekuatan magis motif tato hewan yang tergambar dalam tubuhnya itu sewaktu-waktu bisa dihidupkan, dan benar-benar hidup layaknya hewan seperti biasa bahkan bisa dipergunakan sebagai penunjuk jalan si pemilik gambar tato tersebut, apabila ada bahaya yang menghadang maka akan memberitahukan si pemilik tato.
Sedangkan gambar tato yang diperuntukan untuk pengobatan, misalnya jika ada seorang perempuan yang melahirkan bayi secara berturut-turut melahirkan dan bayinya meninggal maka si ibu harus menjalani ritual untuk membuang sial, diatas puting payudara si ibu harus ditato atau rajah yang menyerupai puting payudara.
Dalam hal ini ritual tersebut guna membuang sial yang bersarang pada puting asli yang menjadi penyebab meninggalnya dua janin secara berurutan.
"Setiap sub-suku Dayak memiliki aturan yang berbeda dalam pembuatan tato. Bahkan ada pula sub-suku Dayak yang tidak mengenal tradisi tato," ungkap Mering Ngo, warga suku Dayak yang juga antropolog lulusan Universitas Indonesia.
Panglima Perang (Panglima Damai) Dayak, Edy Barau, mengatakan, motif yang digunakan masyarakat Dayak, khususnya Dayak Iban untuk mengukir pada tubuh berhubungan erat dengan kehidupan alam (hutan).
Dengan demikian, motifnya ada yang berasal dari binatang maupun tumbuhan seperti daun, bunga, dan buah yang semua memiliki arti dan makna bagi masyarakat Dayak.
Menurut Edy, ada tujuh bentuk motif tato yang berhubungan erat dan sering digunakan masyarakat Dayak Iban. Selain dari motif, tempat atau lokasi untuk diukirkan gambar tidak bisa sembarangan.
Ketujuh bentuk motif itu di antaranya, motif rekong, bunga terong, ketam, kelingai, buah andu, bunga ngkabang (tengkawang) dan bunga terung keliling pinggang yang masing-masing memiliki makna yang berbeda-beda.
Bahwa tato atau ukir rekong(leher) biasanya diukirkan di leher. Bagi masyarakat Dayak Iban seseorang yang mendapatkan ukiran rekong adalah orang yang mempunyai kedudukan pada masyarakatnya, seperti Timanggong/Temanggung dan Panglima atau orang yang di-tua-kan di kampung halamannya sendiri maupun di tempat merantau.
Motif Rekong, lanjut Edy, berbeda-beda bentuknya karena disesuaikan dengan jabatan dan kedudukan. Selain itu, antara sub suku Dayak yang satu dengan yang lainnya juga memiliki bentuk motif yang berbeda tapi memiliki makna yang sama.
Sementara Motif rekong(leher) dapat berupa gambar sayap kupu-kupu, kalajengking merayap dan kepiting. Intinya lebih cenderung berbentuk motif binatang.
Masyarakat Dayak yang biasanya memiliki gambar tato rekong di leher adalah Dayak Kayan, Dayak Taman, dan Dayak Iban. Sementara masyarakat Dayak biasa yang tato rekong di leher akan dikenakan sanksi atau hukuman adat, namun untuk sekarang ini tidak lagi karena ada sebagian memandangnya sebagai seni, ucapnya.
Sedangkan Motif lainnya adalah Bunga terong yang merupakan bunga kebanggaan dari masyarakat Dayak Iban. "Bunga terong sudah naik, orang itu sudah profesional, kalimat itu sering diucapkan masyarakat Iban.
Karena terong itu merupakan kebanggaan masyarakat Iban. Terong juga memberi makna pangkat/kedudukan sebab umumnya letak pertama ada di bahu
Bentuk motif dan jenis bunga terong ada berbagai macam bentuk dan letaknya juga berbeda. Ada yang tato terong dan meletakannya di lengan, tangan, kaki, dan perut, serta ada juga mengukir seluruh tubuhnya dengan bunga terong.
Bunga terong ada yang bersayap enam, dan ada yang delapan. " Seorang masyarakat Dayak Iban yang memiliki bunga terong keliling pinggang biasanya delapan buah berarti orang tersebut sudah plor atau penuh atau sudah puas merantau," ujarnya.
Sementara motif kelingai melambangkan binatang yang ada di lubang tanah memberikan arti hidup kita tidak terlepas dari alam atau bumi. Motif kelingai biasanya diletakan di paha atau betis.
Demikian motif ketam juga memberikan arti hidup selalu menyentuh dengan alam. Meski begitu, ketam biasanya diletakan pada tubuh bagian punggung atau lebih tepatnya pada belakang punggung.
Sedangkan motif buah andu dan bunga ngkabang atau bunga tengkawang yang melambangkan sumber kehidupan. Buah tengkawang merupakan bunga yang paling banyak di kampung masyarakat Iban dan ditatokan di atas perut.
Motif buah andu pada umumnya diukirkan di belakang paha, yang memberi arti, ketika merantau kita selalu berjalan jauh dan buah andu sebagai makanan untuk menyambung hidup, pungkasnya.
disadur dari berbagai sumber
referensi
kaskus
Tato memang sudah menjadi trend tersendiri baik didalam negeri maupun luar negeri, yang menjadikannya sebagai simbol kebebasan memodif diri dan tubuh dengan gambar atau pola-pola yang tergambar dengan indah, tetapi di negari kita Indonesia tato sudah dikenal sejak dahulu kala.
Indonesia dengan keanekaragaman suku dan budayanya salah satunya adalah suku dayak dari kalimantan, bagi suku dayak gambar tato memiliki arti dan filosofi tersendiri, hal itu erat kaitannya dengan pengalaman-pengalaman yang mereka gambarkan sebagai bentuk pengingat baik pengalaman pribadi maupun pengalaman spiritual mereka.
Maka tak perlu terkejut jika disaat masuk ke dalam perkampungan masyarakat Dayak dan kemudian berjumpa dengan orang-orang tua baik pria maupun wanita yang dihiasi dengan berbagai macam tato indah di beberapa bagian tubuhnya.
"Gambar tato bagi masyarakat Dayak kalimantan bukan sekadar hiasan, tetapi memiliki arti dan makna yang sangat mendalam"
Tato ditubuh pria suku Dayak adalah sebagai simbol dari segala hal. tanda inisiasi, simbol kekuatan magis, serta berhubungan dengan religi, dan untuk pengobatan, kenangan perjalanan atau catatan kehidupan.
Tetapi arti yang paling esensial dari gambar tato tersebut bagi suku dayak kalimantan adalah bukti kelaki-lakian yang tahan akan penderitaan.
Dalam hal motif, tato tradisional suku dayak kalimantan penuh dengan simbol serta filosofi. Mitologi Dayak dalam sketsa menampilkan sosok-sosok mahluk hidup dalam bentuk abstraki.
Penempatan suatu motif di suatu bagian tubuh, juga memiliki makna tersendiri. Bagi orang Dayak, tato lebih dari sekadar gaya hidup.
Tato di tubuh bisa menjelaskan beberapa hal: bagian dari tradisi religi, status sosial, penghargaan terhadap kemampuan, ahli pengobatan, atau menandakan seseorang sering mengembara.
Tato Dayak Kalimantan dahulu kala dibuat dengan memanfaatkan sumber daya sekitar. Jelaga dari lampu pelita atau arang periuk serta kuali, dipergunakan sebagai pewarnanya.
Bahan bahan tersebut kemudian dikumpulkan serta dicampurkan dengan gula kemudian diaduk sampai sedemikian rupa.
Dengan menggunakan duri dari pohon jeruk yang ukurannya cukup panjang dan tingkat ketajamannya memadai, dipergunakan sebagai alat untuk merajah. Duri tersebut bisa digunakan langsung atau dijepitkan ke setangkai kayu untuk pegangan sehingga menyerupai palu dalam penggunaanya.
Dengan cara Duri pohon jeruk itu dicelupkan pada “tinta” berbahan jelaga dan gula, oleh pentato kemudian dengan menusukkan duri ke kulit sesuai motif yang diinginkan. Bahkan jika motifnya terlalu rumit, proses perajahan bisa memakan waktu seharian.
Bekas tusukan duri jeruk tersebut bisa berakibat pada pembengkakan dan mengeluarkan darah lebih parahnya bisa menyebabkan demam 1 sampai 2 hari.
Seiring perkembangan jaman, pembuatan tato tradisional sudah menggunakan jarum. Bahan yang semula jelaga juga mulai berubah seiring tersedianya berbagai alternatif tinta sebagai bahan warna tato, yang terdiri atas dua bentuk: batu arang dan cair.
Jika berupa batu arang, sebelum dipergunakan harus terlebih dahulu digosok kemudian dicampur air.
Gambar tato tradisional hanya memiliki satu warna, yakni hitam kebiru-biruan dengan wujud yang khas buatan tangan. Sedangkan tato zaman modern sudah jauh lebih rapi dan warna-warni berkat peralatan mesin dan tintanya.
Sementara itu gambar tato bagi sebagian orang yang memiliki kekuatan magis motif tato hewan yang tergambar dalam tubuhnya itu sewaktu-waktu bisa dihidupkan, dan benar-benar hidup layaknya hewan seperti biasa bahkan bisa dipergunakan sebagai penunjuk jalan si pemilik gambar tato tersebut, apabila ada bahaya yang menghadang maka akan memberitahukan si pemilik tato.
Sedangkan gambar tato yang diperuntukan untuk pengobatan, misalnya jika ada seorang perempuan yang melahirkan bayi secara berturut-turut melahirkan dan bayinya meninggal maka si ibu harus menjalani ritual untuk membuang sial, diatas puting payudara si ibu harus ditato atau rajah yang menyerupai puting payudara.
Dalam hal ini ritual tersebut guna membuang sial yang bersarang pada puting asli yang menjadi penyebab meninggalnya dua janin secara berurutan.
"Setiap sub-suku Dayak memiliki aturan yang berbeda dalam pembuatan tato. Bahkan ada pula sub-suku Dayak yang tidak mengenal tradisi tato," ungkap Mering Ngo, warga suku Dayak yang juga antropolog lulusan Universitas Indonesia.
Panglima Perang (Panglima Damai) Dayak, Edy Barau, mengatakan, motif yang digunakan masyarakat Dayak, khususnya Dayak Iban untuk mengukir pada tubuh berhubungan erat dengan kehidupan alam (hutan).
Dengan demikian, motifnya ada yang berasal dari binatang maupun tumbuhan seperti daun, bunga, dan buah yang semua memiliki arti dan makna bagi masyarakat Dayak.
Menurut Edy, ada tujuh bentuk motif tato yang berhubungan erat dan sering digunakan masyarakat Dayak Iban. Selain dari motif, tempat atau lokasi untuk diukirkan gambar tidak bisa sembarangan.
Ketujuh bentuk motif itu di antaranya, motif rekong, bunga terong, ketam, kelingai, buah andu, bunga ngkabang (tengkawang) dan bunga terung keliling pinggang yang masing-masing memiliki makna yang berbeda-beda.
Bahwa tato atau ukir rekong(leher) biasanya diukirkan di leher. Bagi masyarakat Dayak Iban seseorang yang mendapatkan ukiran rekong adalah orang yang mempunyai kedudukan pada masyarakatnya, seperti Timanggong/Temanggung dan Panglima atau orang yang di-tua-kan di kampung halamannya sendiri maupun di tempat merantau.
Motif Rekong, lanjut Edy, berbeda-beda bentuknya karena disesuaikan dengan jabatan dan kedudukan. Selain itu, antara sub suku Dayak yang satu dengan yang lainnya juga memiliki bentuk motif yang berbeda tapi memiliki makna yang sama.
Sementara Motif rekong(leher) dapat berupa gambar sayap kupu-kupu, kalajengking merayap dan kepiting. Intinya lebih cenderung berbentuk motif binatang.
Masyarakat Dayak yang biasanya memiliki gambar tato rekong di leher adalah Dayak Kayan, Dayak Taman, dan Dayak Iban. Sementara masyarakat Dayak biasa yang tato rekong di leher akan dikenakan sanksi atau hukuman adat, namun untuk sekarang ini tidak lagi karena ada sebagian memandangnya sebagai seni, ucapnya.
Sedangkan Motif lainnya adalah Bunga terong yang merupakan bunga kebanggaan dari masyarakat Dayak Iban. "Bunga terong sudah naik, orang itu sudah profesional, kalimat itu sering diucapkan masyarakat Iban.
Karena terong itu merupakan kebanggaan masyarakat Iban. Terong juga memberi makna pangkat/kedudukan sebab umumnya letak pertama ada di bahu
Bentuk motif dan jenis bunga terong ada berbagai macam bentuk dan letaknya juga berbeda. Ada yang tato terong dan meletakannya di lengan, tangan, kaki, dan perut, serta ada juga mengukir seluruh tubuhnya dengan bunga terong.
Bunga terong ada yang bersayap enam, dan ada yang delapan. " Seorang masyarakat Dayak Iban yang memiliki bunga terong keliling pinggang biasanya delapan buah berarti orang tersebut sudah plor atau penuh atau sudah puas merantau," ujarnya.
Sementara motif kelingai melambangkan binatang yang ada di lubang tanah memberikan arti hidup kita tidak terlepas dari alam atau bumi. Motif kelingai biasanya diletakan di paha atau betis.
Demikian motif ketam juga memberikan arti hidup selalu menyentuh dengan alam. Meski begitu, ketam biasanya diletakan pada tubuh bagian punggung atau lebih tepatnya pada belakang punggung.
Sedangkan motif buah andu dan bunga ngkabang atau bunga tengkawang yang melambangkan sumber kehidupan. Buah tengkawang merupakan bunga yang paling banyak di kampung masyarakat Iban dan ditatokan di atas perut.
Motif buah andu pada umumnya diukirkan di belakang paha, yang memberi arti, ketika merantau kita selalu berjalan jauh dan buah andu sebagai makanan untuk menyambung hidup, pungkasnya.
Adapun gambar tato dari suku dayak kalimantan dengan arti dan makanya
- Telingkai Puntul biasanya dilukis di bagian kiri/kanan sebelah badan bagian bawah tempat yang ditutup cawat (lenderstreek) artinya bahwa kelamin pria dipasang alat (penistift) sebagai perangsang dalam hubungan sex.
- Tapak Bekang Jari biasanya dilukis di belakang telapak jari tangan sebagai tanda sudah mendapat tapat ridderorder van koppensnellers. Bila sebelah kiri berarti sudah mendapat dua kepala, dan bila kanan kiri, berarti sudah mendapat tujuh kepala.
- Telingai Besai tanda banyak berjalan jauh (pengembara) atau nemuai.
- Kelatan biasanya leher dihalkum tato ini hanya untuk hiasan atau merupakan mainan kaum wanita.
- Bunga Terung di pundak kiri dan kanan di bagian belakang, sebagai tanda banyak berjalan jauh (pengembara) dan sama dengan Telingai puntul,bila terdapat dibagian belakang.
- Tali Sabit di pergelangan tangan tato ini hanya sebagai hiasan saja.
- Tali Gasing di pergelangan tangan tato ini hanya sebagai hiasan saja.
- Tebulun di belakang tapak jari tangan di bagian ibu jari tanda suka menolong atau membantu dalam mengayau. Kalau wanita pandai bertenun atau rajin.
disadur dari berbagai sumber
referensi
kaskus