SEPENGGAL RAHASIA DIBALIK MUSIBAH & BENCANA
1/24/2014
Secara histografi, Indonesia merupakan wilayah langganan gempa bumi dan tsunami. Pasca meletusnya Gunung Krakatau yang menimbulkan tsunami besar di tahun 1883, setidaknya telah terjadi 17 bencana tsunami besar di Indonesia selama hampir satu abad (1900-1996).
Menyingkapi banyaknya musibah Gempa bumi di Padang dan Tasikmalaya baru-baru ini para ilmuwan ahli Geologi sepakat bahwa bencana gempa bumi, tsunami, banjir, dan letusan gunung berapi. Wilayah Indonesia dikepung oleh lempeng Eurasia, lempeng Indo-Australia, dan lempeng Pasifik. Sewaktu-waktu lempeng ini akan bergeser patah menimbulkan gempa bumi. Selanjutnya jika terjadi tumbukan antarlempeng tektonik dapat menghasilkan tsunami, seperti yang terjadi di Aceh dan Sumatera Utara.
Menurut ahli Geologi, selain dikepung tiga lempeng tektonik dunia, Indonesia juga merupakan jalur The Pasicif Ring of Fire (Cincin Api Pasifik), yang merupakan jalur rangkaian gunung api aktif di dunia. Cincin api Pasifik membentang diantara subduksi maupun pemisahan lempeng Pasifik dengan lempeng Indo-Australia, lempeng Eurasia, lempeng Amerika Utara dan lempeng Nazca yang bertabrakan dengan lempeng Amerika Selatan. Ia membentang dari mulai pantai barat Amerika Selatan, berlanjut ke pantai barat Amerika Utara, melingkar ke Kanada, semenanjung Kamsatschka, Jepang, Indonesia, Selandia baru dan kepulauan di Pasifik Selatan. Indonesia memiliki gunung berapi dengan jumlah kurang lebih 240 buah, di mana hampir 70 di antaranya masih aktif. Zone kegempaan dan gunung api aktif Circum Pasifik amat terkenal, karena setiap gempa hebat atau tsunami dahsyat di kawasan itu, dipastikan menelan korban jiwa manusia amat banyak.
Namun demikian, di kalangan Ulama menyangkut pautkan musibah dengan banyaknya kezaliman dinegeri ini? Misalnya saja perbuatan zina bukan tabu lagi bahkan dilakukan secara terang-terangan, korupsi seakan-akan sudah menjadi tradisi, narkotika sudah merambah ke remaja bahkan anak-anak, pengerusakan alam dan habitatnya seperti penebangan hutan secara besar-besaran oleh tangan jahil manusia demi hawa nafsunya.
Allah SWT berfirman : Katakanlah: "Siapakah yang dapat melindungi kamu dari (takdir) Allah jika Dia menghendaki bencana atasmu atau menghendaki rahmat untuk dirimu?" Dan orang-orang munafik itu tidak memperoleh bagi mereka pelindung dan penolong selain Allah” (Al Ahzab:17).
Sebagai mana konsep takdir, Allah menjadi sentral dari seluruh kejadian yang terkait dengan musibah. Bencana dan kebaikan adalah kehendak Allah. Sehingga Dia bertanya : "Siapakah yang dapat melindungi kamu dari (takdir) Allah jika Dia menghendaki bencana atasmu atau menghendaki rakhmat untukmu?"
Bencana dan rakhmat adalah salah satu cara Allah menyampaikan pesan kepada manusia bahwa Allah adalah Tuhan dan penguasa alam semesta. Tidak ada yang bisa melawan KeperkasaanNya. Tapi, Dia bukan Dzat yang sewenang-wenang. Dia Maha Penyayang.
Semua yang dia lakukan adalah untuk mengingatkan manusia , bahwa hidup ini bukan sesuatu yang ada begitu saja, berjalan dengan sendirinya, dan kemudian berakhir dengan sia-sia. Allah menciptakan skenario besar yang harus dipahami oleh manusia. Ada fase-fase yang mesti kita lewati. Ada aturan main tertentu yang mengikat kehidupan. Untuk akhirnya kembali kepada sang pencipta.
Diantaranya, Allah menciptakan suatu mekanisme sunnatullah. Siapa saja yang berbuat kebaikan akan memperoleh kebahagiaan didunia dan akherat. Sedangkan yang berbuat kejahatan akan menuai problem dalam kehidupannya.
Maka Allah mengingatkan, jangan sampai kita tidak mengerti `hukum sebab-akibat` itu. Dan kemudian melakukan kesalahan. Dan, kita mendapat bencana karenanya. Sebenarnya Allah tidak ingin kita terjatuh dalam bencana, karena kesalahan kita sendiri. Apalagi berulang-ulang, karena kebodohan.
Hukum Allah tidak berubah dari yang telah ditetapkan. Barangsiapa melakukan kesalahan, dia bakal kena `hukuman`, dan barangsiapa melakukan kebajikan dia bakal menerima kebahagiaan
Allah SWT berfirman : "Barangsiapa yang berbuat sesuai dengan hidayah (Allah), maka sesungguhnya dia berbuat itu untuk (keselamatan) dirinya sendiri; dan barangsiapa yang sesat maka sesungguhnya dia tersesat bagi (kerugian) dirinya sendiri. Dan seorang yang berdosa tidak dapat memikul dosa orang lain, dan Kami tidak akan meng’azab sebelum Kami mengutus seorang rasul." (Al Israa’:15).
Mestinya, ketika seseorang melakukan kesalahan, dia langsung kena akibatnya. Akan tetapi, karena sifat penyayang-Nya, maka dampak perbuatannya itu ditangguhkan, sampai orang itu menyadari kesalahan dan kemudian bertobat. Dengan cara itu, orang tersebut tidak terkena bencana akibat perbuatannya sendiri. Segera mohon ampun kepada Allah. Dan kemudian Allah pasti mengampuninya. Begitulah maksud Allah
Allah SWT berfirman : "Jikalau Allah menghukum manusia karena kezalimannya, niscaya tidak akan ditinggalkan-Nya di muka bumi sesuatupun dari makhluk yang melata, tetapi Allah menangguhkan mereka sampai kepada waktu yang ditentukan. Maka apabila telah tiba waktunya (yang ditentukan) bagi mereka, tidaklah mereka dapat mengundurkannya barang sesaatpun dan tidak (pula) mendahulukannya." (An Nahl : 61)
Meskipun begitu, Allah masih menawarkan kasih sayangNya kepada hamba-hamba yang berbuat dosa dan kesalahan. Dalam istilah Al-Qur`an mereka telah menganiaya diri sendiri. Sebab, memang dosa itu tidak merugikan Allah sama sekali, melainkan merugikan diri mereka sendiri. Menciptkan problem buat hidupnya sendiri
Allah SWT berfirman : "Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan dan menganiaya dirinya, kemudian ia mohon ampun kepada Allah, niscaya ia mendapati Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (An-Nissa : 110).
Dalam konteks yang lebih besar pun sama. Allah menjalankan aturan main dan sunnatullah tersebut untuk manusia secara kolektif. Misalnya, sebuah negara dan bangsa
Allah tidak pernah membinasakan suatu kota atau negeri, kecuali masyarakatnya telah berlaku kezaliman yang kelewatan. Kemudian Allah mengutus rasul atau nabi atau utusan tertentu untuk mengingatkan mereka. Jika mereka tetap membandel, maka jatuhlah Takdir Allah berupa musibah dan bencana. Kalau sudah begitu, tidak ada satu cara pun untuk menghindar. Saat `ajal` telah datang, setelah berkali-kali diberi kesempatan
Allah SWT berfirman : "Dan tidak adalah Tuhanmu membinasakan kota-kota, sebelum Dia mengutus di ibukota itu seorang rasul yang membacakan ayat-ayat Kami kepada mereka; dan tidak pernah (pula) Kami membinasakan kota-kota; kecuali penduduknya dalam keadaan melakukan kezaliman." (Al-Qashash : 59).
Kata-kata `Tuhanmu membinasakan` bukan menggambarkan kesewenang-wenangan. Melainkan menggambarkan Kekuasaan yang tidak terbatas. Tiada bandingnya. Sekaligus menunjukkan peranan sentral dalam menentukan Takdir. Musibah dan bencana.
Untuk menunjukkan bahwa Dia tidak sewenang-wenang Allah menjamin secara tegas, Dia tidak akan menghancurkan negeri-negeri secara zalim. Apalagi jika penduduknya orang-orang yang berbuat kebajikan.
Allah SWT berfirman : "Dan Tuhanmu sekali-kali tidak akan membinasakan negeri-negeri secara zalim, sedang penduduknya orang-orang yang berbuat kebaikan." (Huud : 117).
Akan tetapi kalau sudah kelewatan, Allah bakal menurunkan azabNya. Dan tidak ada yang bisa menghalangiNya. Tapi semua itu dalam konteks untuk mengingatkan agar kembali dan bertobat. Dan Dia Maha Pengampun lagi Maha Penyayang
Allah SWT berfirman : "Jika Allah menimpakan sesuatu kemudharatan kepadamu, maka tidak ada yang dapat menghilangkannya kecuali Dia. Dan jika Allah menghendaki kebaikan bagi kamu, maka tak ada yang dapat menolak kurniaNya. Dia memberikan kebaikan itu kepada siapa yang dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya dan Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (Yunus : 107).
Semoga kita terhindar dari bencana dan musibah dengan berbuat taat kepada yang telah menciptkan kita. Amin.
Wallohu'alam bishowab
oleh Imam Puji Hartono