BAGIAN SERPIHAN SEJARAH INDONESIA YANG TERCECER

bagian serpihan sejarah indonesia yang tercecer
Sebagai bangsa yang besar pasti tak akan melupakan jasa para pahlawannya seperti ucapan presiden pertama Republik Indonesia Soekarno dalam pidatonya saat perayaan Hari Ulang Tahun Republik Indonesia 17 Agustus 1966 yang terkenal dengan singkatan Jasmerah "jangan sekali-kali meninggalkan sejarah" Sejarah panjang negeri kita tak terlepas dari perjuangan-perjuangan pahlawan yang rela berkorban jiwa dan raga demi bangsa.

Tidak sedikit buku karya para penulis-penulis nomor wahid yang membedah dan menuliskannya dengan terperinci serta dituangkan dengan berbagai gaya bahasa, bermacam-macam catatan sejarah Indonesia sebagai bentuk penghargaan atas jasa dan perjuangan para pahlawan. Demi mengapresiasi jasa-jasa mereka sedikit nukilan catatan yang disadur dari berbagai sumber sebagai bahan pembelajaran dan memahami catatan bagian dari serpihan sejarah negeri kita ini.

1. PRESIDEN SOEKARNO SANG SENIMAN BESAR VISIONER
Sebelum menjadi Presiden RI sudah sering tampil diberbagai tempat. Pesona pidatonya membius siapapun yang mendengarnya, gaya pidatonya penuh dengan retorika salah satu penggalan kalimat pidatonya "Matahari tidak terbit karena ayam berkokok, tetapi ayam jantan berkokok karena Matahari terbit".

Bung karno adalah seniman besar yang visioner, selain sebagai seorang negarawan selain itu merupakan seorang seniman dan pengagum karya seni. Selama dalam pengasingan Flores dan bengkulu beliau menulis drama dan menyutradarinya. Sebagai pengagum karya seni Soekarno juga memiliki pelukis istana serta koleksi karya para pelukis hebat pada zamannya. Saat meninggal Ia meninggalkan lukisan yang tidak sedikit, bahkan mungkin sebagai seorang presiden dengan koleksi lukisan terbanyak di dunia yakni 2300 lukisan.

Pada tahun 1960 dimana dunia terbelah menjadi dua blok, yakni blok barat dan blok timur. Soekarno sudah memikirkan Cina sebagai kekuatan ketiga sementara Indonesia akan menjadi kekuatan ke empat, untuk menjadi negara yang kuat maka Indonesia harus kuat dalam politik dan olahraga. Maka Soekarno membuat Games of New Emerging Forces ( Ganefo ) pada 1963 untuk menandingi Asian Games.

Sebagai seorang pengagum seni Ia meminta Edhi Sunarso untuk membangun patung "Selamat Datang" pada tahun 1958, "Pembebasan Irian Barat" yang ditempatkan di lapangan banteng, dan membangun diorama Monumen Nasional. Kisah dramatis pembangunan monumen "Dirgantara" di Pancoran didepan Markas Besar Angkatan Udara. Pembangunan yang tersendat-sendat karena situasi politik, Bung Karno tetap memikirkan pembangunan monumen tersebut, sebelum menyerahkan kekuasaan pada Jendral Soeharto pada tahun 1967, Bung Karno memanggil Edhi Sunarso karena beliau mengetahui akan sulitnya pembiayaan. Hal itu berimbas dengan diagunkannya rumah serta Menjual mobil kala itu laku 1.750.000 guna membiayai finishing pembangunannya.

Monumen "Dirgantara" adalah patung yang tak terbayar lunas negara, bahkan tidak pernah diresmikan. Hingga sampai berpuluh-puluh tahun kemudian, karena kemacetan yang terus meningkat imbas dari buruknya perencanaan tata kota yang buruk, maka dibangunlah jalan layang diatas patung tersebut tanpa memperdulikan akan nilai estetisnya.

Sebagai insiyur sipil yang berbakat arsitektur, sebelum berbagai permasalahan yang melanda Ibukota Negara, pada tahun 1957 Bung Karno sudah memiliki gagasan untuk memindahkan Ibukota Negara ke ke Palangkaraya Kalimantan Tengah. Bung Karno merancang sendiri denah awal pembangunan ibukota baru tersebut. Tetapi kini rencana besar Bung Karno hanya menjadi wacana yang berkepanjangan.

2. KONSTITUSIONAL BUNG HATTA HINGGA AKHIR HAYAT
Selama Bung Hatta belajar di negri kincir angin Belanda, mendirikan Indonesische Vereniging, kemudian berubah menjadi Perhimpunan Indonesia. Menurut sejarawan Sartono Kartodirdjo pada tahun 1925 perhimpunan tersebut melahirkan Manifesto Politik yang lebih hebat dari sumpah pemuda 1928.

Karena tidak sejalan dengan Bung Karno, pada tahun 1956 mengundurkan diri sebagai Wakil Presiden, penentangan terhadap kepemimpinan tunggal pencah melalui Permesta/ PRRI. Meski tak sepaham dengan Presiden, Bung Hatta sangat tegas menolak pemberontakan dalam bentuk apapun alasannya. Bung Hatta pula yang memiliki inisiatif untuk tidak memasukan tujuh kata dari Piagam Jakarta yang selalu menjadi perdebatan kedalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, hal itu guna mencegah hal-hal yang dapat mengakibatkan perpecahan bangsa.

Selain taat beribadah, Bung Hatta sangat memegang etika dan disiplin tinggi. Untuk masuk kekamar putrinya sekalipun BungHatta tetap mengetuk pintu terlebih dahulu, sementara itu dalam berdisiplin Bung Hatta akan menolak orang yang menemuinya untuk mewawancarai akibat dari datang terlambat.

3. SYAHRIR BAK METEOR YANG CEPAT JATUH
Sutan Sjahrir, lahir di Padang Panjang 5 Maret 1909. Atas permintaan Bung Hatta untuk memimpin Pendidikan Nasional Indonesia, meskipun sedang dalam menjalani studi di Belanda. Hubungannya dengan Presiden Soekarno kurang begitu manis. Menjadi perdana menteri dalam usia 36 tahun, dan pernah diutus untuk memimpin delegasi ke Sidang Umum PBB, meski tak lagi menjadi perdana menteri. Karir politiknya cepat melesat, tapi pada tahun 1950-an gaung namanya tidak terlalu terdengar meskipun memimpin Partai Sosialis Indonesia ( PSI ) pada pemilu 1955.

Pada tahun 1962 Sjahrir ditangkap dengan alasan terlibat dalam perencanaan pembunuhan Presiden RI. Pada tahun 1964 karena sakit keras yang menimpanya mengharuskan berobat ke Zurich, Swiss. Meninggal pada 9 April 1966 dan kemudian diangkat menjadi pahlawan nasional.

4. H. AGUS SALIM SANG JENIUS YANG MELARAT
H. Agus Salim lahir di Koto Gadang, Bukittinggi 1884, dengan nama asli Masyudul Haq, serta wafat di Jakarta tahun 1954. Sewaktu sekolah dasar kepala sekolah dasar Europessche Lagere School ( ELS ), tekesan dengan kecerdasannya sehingga memintanya untuk tinggal dirumahnya hal itu berdampak pada fasihnya berbahasa Belanda. Setelah lulus dari ELS dia dikirim ke sekolah HBS ( Hogere Burger School ) di Jakarta dan lulus dengan nilai terbaik diantara sekolah HBS lainnya ( Bandung dan Surabaya ).

Putra-putrinyapun memiliki kecerdasan yang diturunkan oleh H. Agus Salim salah satunya adalah Islam salim, saat menerima kunjungan Jef Last salah satu aktivis sosialis Belanda terkejut menyaksikan Islam salim berbicara menggunakan bahasa inggris meskipun tidak belajar disekolah. Jawaban H. Agus Salim adalah "Apakah anda pernah mendengar tentang sekolah tempat kuda belajar meringkik? Begitupun saya, meringkik dalam Bahasa Inggris dan putra saya Islam meringkik dalam Bahasa Inggris.

Menurut catatan harian Prof. Schermerhorn, senin 14 Oktober 1946. Menuliskan orang tua yang sangat pandai ( H. Agus Salim ) seorang jenius, mempu berbicara dan menulis dengan sempurna paling sedikit sembilan bahasa. Dan hanya memiliki satu kelemahan yakni selama hidupnya dalam keadaan melarat.

Ketika mewakili Presiden Soekarno untuk menghadiri upacara penobatan Ratu Elizabeth II tahun 1953 di London, dia sangat kesal pada Pangeran Philips suami dari Ratu. Karena kurangnya perhatian pada tamu asing dari jauh, H. Agus Salim datang menghapirinya sembari mengayunkan rokoknya kreteknya disekitar hidung sang Pangeran. Dan berucap "Apakah paduka mengenal aroma rokok ini?", dengan ragu sang pangeran menghirup aroma rokok tersebut, tetapi ia tak mengenal aroma tersebut. H. Agus Salim pun tersenyum sambil berujar "Itulah sebabnya, 300 atau 400 tahun lalu bangsa Paduka arungi lautan mendatangi Negeri saya". Atas kejadian tersebut sang pangeran mulai ramah meladeni tamunya.

Sementara itu nama Agus Salim disebut pula oleh R.A. Kartini dalam korespondensinya dengan Ny. Abendanon, yakni saat Kartini menerima beasiswa 4.800 gulden namun dilarang pergi oleh ayahnya sebab akan dinikahkan, maka ia meminta untuk beasiswa tersebut dialihkan pada pemuda Salim tetapi ternyata tidak bisa untuk dialihkan.

Tahun 1905 Shouck Hurgronje mengusulkan eksperimen penempatan tenaga pribumi pada perwakilan Belanda di luar negeri, dan Agus Salim bekerja di konsulat Belanda di Jeddah sebagai penerjemah dan mengurus haji dan disana pula ia memperdalam ilmu agama Islam.

5. ORANG-ORANG DIBALIK SUMPAH PEMUDA 1928
Wage Rudolf Supratman telah diganjar gelar pahlawan nasional pada tahun 1971, demikian pula dengan M. Yamin yang dianggap sebagai perumus sumpah pemuda mendapatkan gelar yang sama. Tetapi jasa kedua tokoh tersebut takkan terwujud apa bila tidak ada kongres yang dipimpin Soegondo Djojopoespito.

Lahir di Tuban pada 22 februari 1905, Soegondo bersekolah di Yogyakarta dan indekos dirumah Soewardi Suryaningrat ( Ki Hajar Dewantoro ). Ia pernah memimpin Taman Siswa di Bandung (1932), Taman Siswa Semarang ( 1940 ) dan menjadi Direktur Antara pada tahun 1941.
Karena pengaruh Perhimpunan Indonesia yang berada di Negeri Belanda maka dia tergerak untuk mendirikan Perhimpunan Pelajar-Pelajar Indonesia (PPPI) pada tahun 1926. Pada kongres pemuda II 1928 Soegondo sebagai ketua panitia dan M. Yamin menjadi sekretaris sementara itu Amir Sjarifudin menjadi bendahara, dan sarjana hukum lulusan Belanda Mr. Sunario dan Mr. Sartono sebagai penasihat.

Kongres tersebut nyaris gagal karena tak adanya izin dari pemerintah Hindia Belanda, maka Sunario dan Arnold Manahutu mendatangi pembesar Hindia Belanda untuk meyakinkannya. Sampai kemudian keluarlah izin tetapi dengan syarat kongres tidak mengkritik kebijakan atau mengeluarkan pernyataan yang menghasut. Meski tidak mudah kongres dua hari tersebut berahir dengan momentum historis Sumpah Pemuda. Soegondo meninggal pada 23 April 1978 dan dimakamkan di Yogyakarta.

6. SELAMATNYA NOTA DIPLOMASI DIKAUS KAKI A.R. BASWEDAN
Kemerdekaan Indonesia 1945 memerlukan pengakuan dari dunia internasional. Konferensi Liga arab pada 18 November 1946 di Kairo Mesir menyatakan dukungan terhadap kemerdekaan Indonesia dan menyerukan pada negara-negara arab untuk menyatakan dukungan juga. Untuk menindaklanjuti, delegasi yang dipimpin menteri muda luar negeri H. Agus Salim berangkat ke timur tengah, tiba di kairo pada 10 April 1947.

Di dalam degelasinya terdapat Abdul Rahman ( disingkat A.R ) Baswedan, Meteri muda Penerangan. "Pengakuan Mesir pada Kedaulatan Republik Indonesia" ditandatangani oleh Menlu Mesir Nokrashi Pasha dan H. Agus Salim. Naskah tersebutlah yang pertama kali diberikan negara asing terhadap Indonesia.

Dokumen tersebut haru segera disampaikan pada Pemerintah Indonesia di Yogyakarta, sementara misi timur tengah belum selesai tetapi A.R Baswedan harus segera pulang ke tanah air. Perjalan pulangpun mulus, di Singapura tertahan karena situasi tanah air tidak aman akibat ultimatum Van Mook. Semua itu berakibat pada habisnya bekal A.R Baswedan, beruntung ada keturunan arab yang membelikannya tiket pulang pada 13 Juli 1947.

Agar selamat dari pemeriksaan, ia menyembunyikan dokument penting tersebut dalam kaus kakinya. Setelah selamat dari imigrasi bandara kemayoran dia langsung menuju rumah Amir Syarifudin dan bergegas ke Yogyakarta menggunakan kereta api serta menyerahkan dokument penting tersebut pada Presiden Soekarno di gedung agung.

7. ALI SADIKIN SIPENEROBOS KEBUNTUAN
Ali Sadikin diangkat menjadi gubernur DKI pada 28 April 1966, tak hanya dihadapkan pada kondisi yang tidak memungkinkan untuk mengatasi berbagai masalah besar Ibu Kota. Anggaran belanja hanya Rp. 66 Juta dan habis untuk belana rutin. Pada hari jadi ke 440 kota jakarta, 22 juni 1967 pemerintah DKI mengadakan sayembara mengarang tentang cara mengatasi kekurangan gedung SD dan terlantarnya anak usia sekolah karena ketiadaan biaya. Artikel berisi usulan pajak perjudian sebagai sumber pembiayaan di Harian Kami oleh Christianto Wibisono berhasil memenangi lomba.

Undang-undang no 11/1957 memungkinkan pemerintah daerah memungut pajak atas izin perjudian. Ali Sadikin membuat aturan yang sangat ketat bagi perjudian. Tidak meminta izin pada DPRD dan sekedar melapor pada pejabat Presiden Soeharto, sehingga apabila proyek tersebut gagal maka yang bertanggung jawab hanya Gubernur Ali Sadikin seorang.

Atas kondisi tersebut diatas nyatanya pembangunan berhasil dan berjalan dalam pelbagai aspek. Ali Sadikin memulai program Keluarga Berencana untuk menekan pertumbuhan penduduk di daerah kumuh Tanjung Priok. Ia membangun pusat kebudayaan dan bagi masyarakat yang tergusur disediakan Lembaga Bantuan Hukum yang akan membela mereka.

8. BAGAIMANAKAH MENAJARKAN SUPERSEMAR?
Pada 9 Maret 1966. Alamsjah Retu Prawiranegara, atas pengetahuan Mayjen Soeharto, mengirimkan Hasjim Ning dan Dasaat, dua pengusaha yang dekat dengan Soekarno ke Istana Bogor untuk membujuk agar Presiden menyerakan kekuasaan pada Soeharto. Namun gagal, barulah pada upaya kedua yang dilakukan oleh tiga Jendral yakni Brigadir Jendral M. Jusuf, Brigadir Jendral Amirmachmud dan Brigadir Jendral Basuki Rahmat, berhasil. Presiden Soekarno memerintahkan Mayjen Soeharto untuk mengambil semua tindakan yang dianggap perlu.

Surat yang akhirnya ditafsirkan sebagai cek kosong yang bebas diisi oleh si penerima itu, ironisnya tak ada Arsip Nasional Republik Indonesia kecuali fotokopi dengan berbagai versi, itupun dengan pelbagai perbedaan dan kejanggalan. Tak hanya hanya menjadi kontroversi, Supersemar juga kabur sebagai jejak sejarah. Sehingga meninggalkan berbagai pertanyaan, bagaimana itu akan diajarkan di sekolah? Bagaimana kata-kata asli dalam dokumennya? Bagaimana cara surat itu dibuat?

Demikianlah sekelumit sempalan sejarah yang mungkin terlupakan bahkan tercecer dari perhatian, disadur dari majalah intisari September 2012.

Berlangganan update artikel terbaru via email:

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel