ADOLF DASSLER SANG PENEMU SEPATU SEPAKBOLA

Buah tidak jatuh jauh dari pohonnya, pribahasa yang memiliki arti karakter atau tingkah laku seorang anak tidak akan jauh berbeda dengan orang tuanya. Ini menggambarkan diri Adolf Dassler, pria kelahiran Jerman 3 November 1900. Cristoph, ayah dari Adolf Dassler adalah seorang pekerja di pabrik sepatu. Ilmu yang diadapatkan dia perkenalkan kemudian diturunkan kepada anaknya. Disaat Adolf remaja sering diajarkan untuk mebuat sepatu. Hal itu lambat laun Adolf Dassler mengikuti jejak sang ayah menjadi seorang pembuat sepatu.

Pada tahun 1920, diruang cuci milik ibunya, pria  yang lebih dikenal dengan nama Adi Dassler mencoba bisnis kecil-kecilan dari keahliannya membuat sepatu dengan menjual sepatu olah raga. Tidak disangka-sangka ternyata karyanya mendapatkan respon yang luar biasa dari para pembeli produknya. Kualitas sepatu yang dihasilkannyapun memuaskan sehingga bisnis kecilnya pun membuahkan hasil dan terus berkembang. Hingga kemudia bersama saudaranya, Rodlf Dassler, ia mendirikan pabrik sepatu yang diberi nama Dassler Brothers Shoe Factory.

Adi Dassler bertekad untuk menciptakan sepatu dengan kualitas yang mumpuni bagi atlit jerman dan seluruh daratan eropa, karena puluhan tahun sebelumnya, para pemain sepakbola inggris menggunakan sepatu kerjanya untuk bertanding. Sepatu kerja yang disulap menjadi sepatu sepakbola adalah sepatu berbahan kulit keras dan berat, dan diujung sepatu terdapat pelat baja sementara dibagian bawahnya menggunakan bahan dari baja atau menggunakan paku payung agar tidak licin. Hal ini bisa berakibat fatal serta membahayakan pemain dan pemainnya lainya, kemungkinan menimbulkan cidera sangat besar.

Oleh karena itu Adi Dassler terus mencoba dan berinovasi dalam membuat sepatu olah raga yang nyaman serta dapat meningkatkan performa para pemainnya. Pada 1925, Adi Dassler membuat sepatu yang memiliki alur pada telapaknya. sepatu kreasinya ini diperkenalkan pada Olimpade 1928 di Amsterdam. Selanjutnya pada Olimpiade 1936 di Berlin, atlet Amerika Serikat, Jesse Owens meraih sepatu emas karena memakai sepatu karya Adi Dassler.

Karena kualitas yang diberikan dari produk Dassler Bersaudara ini membawa keduanya sebagai produsen sepatu berkualitas tinggi sehingga sering dipakai oleh atlet-atlet legendaris kala itu. Namun sayang pada tahun 1948 keduanya terlibat persetruan yang berakibat keduanya memutuskan untuk berpisah, merekapun mendirikan masing-masing perusahaan sepatu sendiri-sendiri. Adi Dassler mendirikan perusahaannya dengan nama ADIDAS, yang diambil dari singkatan namanya. Sedangkan Rudolf Dassler mendirikan perusahaan bernama PUMA.

Logo pertama merek sepatunya hanya berupa tulisan ADIDAS dengan nama Adolf Dassler diatasnya, serta ilustrasi pada bagian tengahnya. Dengan merek tersebut Adi Dassler mencapai titik kesuksesannya, sepatu buatannya melanglang buana keseluruh ajang olahraga dunia, seperti Olimpiade Helsinki, Melbourne, Roma dan lain sebagainya.

Pada tahun 1953, sepatu sepakbola dengan pul berteknologi skrup gagasan Adi Dassler dipakai oleh tim nasional Jerman dipiala dunia 1954 di Swiss. Konon kabarnya sepatu karyanya disebut-sebut sebagai faktor utama kesuksesan tim Jerman kala, itu hingga menjuarai turnamen akbar tersebut. Sesaat sebelum final piala dunia 1954 yang mempertemukan tim Jerman dan Hungaria terjadi hujan  deras yang mempengaruhi kondisi lapangan. Beruntung kala itu jerman menggunakan sepatu yang sudah dilengkapi dengan pul yang berteknologi skrup. Sementara tim Hungaria belum menggunakan teknologi tersebut mengakibatkan daya cengkramnya kurang maksimal dilapangan dibandingkan tim Jerman, yang akhirnya Jermanlah yang keluar sebagai pemenang dengan score 3-2 dan menjadi juara dunia sekaligus mendapatkan trofi pertamanya.

Hingga pada tanggal 5 September 1978, Adi Dassler menghembuskan napas terahirnya. Sementara perusahaanya diambil alih oleh istri dan anaknya. Namun hingga kini merek sepatunya masih tetap dipakai dan dipercaya oleh para atlet dan pengguna lainnya. Setelah bertahun-tahun berjaya dan mengalami berbagai rintangan dalam mengembangkan usahanya, pada tahun 1996 ADIDAS mengalami modernisasi dengan menerapkan konsep "We knew then we know now ". Konsep ini menggambarkan kesuksesan masa lalu dan kejayaanya hingga kini. Logonyapun mengalami berbagai perubahan hingga logonya kini berupa tiga balok miring berupa tanjakan yang menggambarkan kekuatan, daya tahan serta masa depan.

Perusahaan yang didirikan oleh Adolf Dassler menjadi salah satu pemasok sepatu atletik terbesar di eropa. Pada tahun 1994, penjualannya mencapai 3 miliar dolar amerika. Berkat kerja kerasnya sejak dulu, kini produk dari perusahaannya banyak menghiasi banyak toko diberbagai belahan dunia.

Referensi 
Pikiran Rakyat 12 Juni 2014

Berlangganan update artikel terbaru via email:

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel