APASIH KERJA ITU SEBENARNYA?

Seorang kaya raya berjalan-jalan dipantai dan menemukan seseorang yang berpakaian lusuh sedang berbaring dengan santai dan bermalas-malasan, orang kaya ini bertanya “mengapa kamu tidak bekerja?”

Sebaliknya pria yang disapa tersebut menjawab dengan pertanyaan, Untuk apa bekerja?
Ya jelaslah bekerja untuk mendapatkan uang dan lain-lainya jawab si kaya.
Pria lusuh tersebut kembali menanyakan untuk apa uang?
Sikaya tidak percaya dengan pertanyaan yang diajukan si pria lusuh tersebut dan menjawab dengan segenap kemampuannya, “Jika kamu banyak uang banyak, kamu bisa bersenang-senang menikmati hidup.

Pria lusuh kembali memberikan jawaban dengan polosnya berkata, “jadi saya bekerja untuk mendapatkan uang . Ketika sudah mendapatkan banyak uang banyak saya bisa bersenang-senang , lantas apa yang anda pikirkan saat ini yang sedang saya lakukan? “Bersenang-senang!”
Demikian sedikit kutipan dari buku Ngapain Kerja kalau Terpaksa karya Rivalino shaffar, Setiap manusia memiliki garis hidup yang berbeda-beda tapi tidak perlu untuk bergantung kepada nasib sebab semua itu ditentukan oleh besarnya usaha dalam meraihnya, jadi hanya manusia konyol yang menerima nasib tanpa disertai usaha. Takdir itu ada, tapi bukan hanya karena takdir itu sendiri manusia malas berusaha untuk memenuhi pencapaian apa yang dicita-citakan.

Sejak kecil mungkin sebagian orang baik dikeluarga atau lingkungannya sudah ditanamkan “kelak bercita-cita mau jadi apa?” Dengan jawaban yang beragam terucap dari mulut-mulut kecil yang masih polos tanpa tau esensi dari arti yang dicita-citakannya. Hal ini akan berbanding terbalik dengan situasi dimana dia sudah lulus kuliah akan mendapat satu pertanyaan yang menggelitik “Kalau sudah lulus akan kerja dimana?” Disini tak ada yang patut disalahkan dengan pertanyaan diatas karena itu adalah sebagai bentuk komunikasi dua arah yang menentukan arah hidup kedepannya nanti.

Tinggal satu pertanyaan apakah setelah lulus kuliah kemudian sibuk mencari  pekerjaan dan kemudian bekerja berarti siklus hidup manusia adalah sekolah, kuliah kemudian bekerja jadi ngapain cape-cape sekolah dan kuliah? Ini adalah pendapat yang salah karena sekolah dan kuliah tujuan utamanya adalah sebagai pembentukan karakter dan sumber daya manusia itu sendiri dalam berinteraksi sebagai mahluk sosial  dengan terus berkembangnya jaman. Sedangakan bekerja menurut Estelle M. Morin ( University of Montreal )adalah sebuan aktivitas saat seseorang menemukan tempatnya didunia, menciptakan hubungan baru, memanfaatkan bakat, belajar dan berkembang mengenali identitas serta rasa memiliki.

Untuk menjadi seorang pekerja tidak dituntut untuk menjadi seseorang yang bekerja pada orang lain dimana kemampuannya maksimal untuk bisa menjalani sebuah rutinitas pekerjaan dan memperkerjakan orang lain sebagai bentuk pengaplikasian hidup bermasyarakat dan bersosialisasi serta tolong menolong dengan orang lain hal ini terbentuk dari  hubungan  penyedia pekerjaan dan mencari perkerjaan, dimasa yang sulit seperti ini hal itu terasa lebih besar manfaatnya bagi sesama dan dampak yang ditimbulkan jauh lebih indah kemungkinan kecilnya pengangguran dan berkurangnya tindak kejahatan yang diakibatkan dari susahnya mencari kerja atau korban dari tak mentingkannya pendidikan itu sendiri.

Kompleksnnya situasi dalam lingkungan kerja pun cukup beragam seperti oknum yang sibuk dalam mencari aman rela sikut sana sini dan rela menjatuhkan harga dirinya sendiri demi sebuah pekerjaan dan masih banyak lagi hal ini akan membuat efek stress, bos galak, efek kemacetan dijalan yang berimbas kepada telatnya masuk ruang kerja berakibat pada potongan-potongan pada gaji, dilematis yang dialami para ibu-ibu yang bekerja yang dihadapkan kepada situasi antara anak sakit perlu penanganan khusus, satu sisi dihadapkan kepada bos yang galak tidak mau tahu dengan situasi tersebut saat semua di tuntut professional, serta takut hilangnya jabatan yang diperjuangkan bertahun-tahun. Itu hanya contoh kecil sebagai gambaran dan tidak semua pekerja akan mengalami hal itu, karena semua itu adalah tergantung dalam menyikapinya.

Menilik dari kejadian diatas tidak perlu dijadikan acuan bahwa untuk apa bekerja karena sesulit apapun itu, kalau kita mencintai sebuah pekerjaan ( dengan catatan pekerjaan bukan diatas segala-galanya dan cenderung berlebihan jadi cukup sewajarnya saja ) yang dilakukan itu akan terasa lebih mudah dalam menjalaninya.

Kesimpulan disini adalah bekerja bukan sekedar hanya karena sekedar untuk bersenang-senang dengan hasil yang diperoleh dalam usahanya menjalani sebuah pekerjaan tapi adalah manfaatnya bagi pekerja itu sendiri dalam lingkungan keluarga dan lingkungan bermasyarakat.

Berlangganan update artikel terbaru via email:

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel